Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menjelaskan terkait ketahanan pangan di Indonesia. Syahrul menuturkan, persedian pangan nasional dipastikan aman dan terkendali selama bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri 2020. Hal ini disampaikan Mentan dalam telekonferensi pada Minggu (26/4/2020).
Sebelumnya, ia mengatakan pandemi virus corona (Covid 19) adalah sesuatu tantangan yang harus dihadapi. Selain solusi kesehatan, di tengah pandemi ini juga diperlukan solusi terkait ketersediaan pangan untuk menjamin masyarakat selalu mendapatkan kebutuhan pangan mereka. Medical solution menjadi bagian. Tetapi dibalik solusi kesehatan itu, yang harus dijamin adalah hadirnya solusi terhadap makanan rakyat," ujarnya yang dikutip dari YouTube Kompas Tv, Minggu (26/4/2020).
"Tidak hanya Kementerian Pertanian namun semua kekuatan kekuatan bangsa ini harus bersama sama mempersiapkan ketahanan pangan kita agar 267 juta orang terjamin makannya untuk menghadapi semua tantangan termasuk pandemi Covid 19," tegasnya. Terkait hal ini, Syahrulmenuturkanbahwa neraca pangan nasional Indonesia sudah cukup bagus dan dapat dikatakan terkendali dengan baik. "Secara nasional, neraca pangan cukup bagus, terkendali dan tersedia," jelasnya.
Ia menambahkan untuk melihat stok pangan seperti beras atau gabah terdapat tiga opsi pendekatan, yakni optimis, moderat dan pesimis. Mentan RI ini mengungkapkan jika dilihat dari neraca pangan nasional, pada bulan Februari 2020 terdapat kelebihan pasokan sekitar 3,5 juta ton. "Kalau dilihat dalam pendekatan optimis, pada Februari hingga Mei 2020 ada perkiraan produksi beras dari sawah di Indonesia hampir sebesar 12,4 juta ton," ujarnya.
"Sementara kebutuhan untuk kita makan dari Ferbruari ke Mei 2020 ada 7,6 juta lebih," imbuhnya. "Kalau begitu dari stok dan produksi yang ada kalau kita makan 7,6 juta, maka masih tersedia over stock sekitar 8 juta lebih," tegas Mentan. Lebih lanjut, ia menjelaskan ketersediaan pangan jika dilihat dari pendekatan moderat.
"Sementara kalau dilihat secara tengah tengah atau modearatnya dari stok 3,5 juta ton, kemudian produksi kita turunkan atau dikurangi 4 persen dari 12 juta, itu menjadi 11 juta lebih ton," kata Syahrul. "Kemudian kita naikan perkiraan kebutuhan jadi 7,9 juta sampai 8 juta ton, maka masih tersisa kurang lebih 7 juta stok akhir di bulan Mei," jelasnya. Sementara jika dalam pendekatan pesimistis, Syahrul mengatakan stok pangan nasional juga masih aman dan terkendali.
"Jika masih ada stok 3,5 juta ton, produksi 11,2 juta ton, kemudian perkiraan konsumsi dinaikan menjadi 8,3 juta ton. Maka stok masih tersedia 6 juta ton sampai dengan akhir Mei 2020," ungkapnya. "Kalau begitu bulan puasa dan Idul Fitri semua dalam kendali cukup aman," tegasnya. "Kita yakin sampai tiga bulan kedepan ketersediaan beras kita masih aman," sambungnya.
Ia menambahkanbahwa data tersebut sudah di validasi sampai ke daerah daerah. Dalam kesempatan itu,Syahrul juga mengungkapkan bahwa 11 komoditas dasar lainnya ketersediaannya dalam keadaan aman dan terkendali. "Kementerian Pertanian juga harus ikut mengendalikan atau bertanggung jawab terhadap 11 komoditas pangan dasar," ujarnya.
"11 komoditas pangan dasar itu adalah beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabe besar, cabe rawit, daging sapi, daging kerbau, daging ayam ras, telur ayam, gula pasir dan minyak goreng," imbuhnya. "Kami sudah bekerja sama dengan BPS, ternyata neraca ini oke, dalam kendali yang mampu dijadikan referensi bahwa semua aman dan terkendali," tegasnya. Kendati demikan Syahrul mengatakakanterdapat tiga komoditas yang terus diintensifkan dan terus diupayakan oleh semua pihak.
Yakni masalah bawang putih, gula pasir dan daging sapi yang masih impor. Di mana sebelumnya terjadi keterlambatan pengiriman yang merupakan imbas adanya karantina wilayah dari negara asal di tengah pandemi Covid 19 ini. Kendati demikian, Syahrul mengaku di dua atau tiga minggu terakhir menjelang puasa,tiga komoditas tersebut telah tersedia.