Analisis mendalam seorang warganet mengenai banjir di Jakarta viral. Analisis itu disampaikan oleh akun twitter @pemudajawa dengan nama akun Bintang R. Wananda pada Jumat (3/1/2020). Hingga tulisan ini dibuat Minggu (5/1/2020) pukul 16.17 WIB, postingan tersebut sudah dibagikan lebih dari 11 ribu kali dan disukai lebih dari 17 ribu warganet.
Dalam tweetnya tersebut, @pemudajawa berharap postingannya dilihat oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu dilakukan dengan menandai akun twitter Anies, Ridwan Kamil dan Jokowi. Dalam analisisnya, @pemudajawa membeberkan secara lengkap terkait banjir di Jakarta, mulai dari pengenalan tentang Jakarta beserta sungai sungainya hingga jenis jenis banjir yang membuat Jakarta kebanjiran.
Analisis ini juga menyoroti kondisi di hulu di Bogor hingga hilir yakni Jakarta sendiri. Diulas juga soal normalisasi yang pernah menjadi program Basuki Tajahaja Purnama (Ahok) semasa jadi Gubernur DKI dan naturalisasi yang menjadi program Anies Baswedan. Lengkapnya Bintang Rahmat Wananda.
Ia bekerja sebagai Fungsional Perencana di Direktorat Pengairan dan Irigasi Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nassional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). [ANALISIS LEBIH MENDALAM BANJIR JAKARTA] Utas ini dibuat untuk menjabarkan analisis secara lebih mendalam terkait banjir Jakarta. Mungkin akan agak panjang seperti twitnya digembok e nya 3. Semoga bisa diliat sama Pak @aniesbaswedan, Pak @ridwankamil, bahkan Pak @jokowi
Sebelum kita bicara lebih jauh soal banjir, kenapa, dan apa yang harus dilakukan, mari kita mengenal dulu bagaimana Jakarta dan sistem sungainya pada gambar gambar ini. Bagian hulu sistem sungai ini ada di Kab. Bogor, di kawasan Puncak. 1a. Lihat kan bagaimana Jakarta adalah kawasan hilir dan muara dari banyak sungai. Secara alamiah, banyak bagian Jakarta yang memang merupakan floodplain (morfologi hilir berupa dataran yg PASTI kebanjiran jika debit sungai tinggi). 1b. Bukti lain dari floodplain/dataran banjir adalah sungai yang bermeander/berkelok kelok. Dan kita amati, Ciliwung di Jakarta sudah sangat berkelok. Contohnya di kawasan Kampung Pulo Bukit Duri seperti ini:
Banjir pada floodplain adalah hal yg sangat normal jika sungai mengalami debit tinggi. Tetapi banjir Jakarta itu sendiri ada dua jenis: Banjir "kiriman" dan banjir "lokal" Apa beda keduanya?
Pertama akan dibahas soal banjir "kiriman". Banjir kiriman adalah konsekuensi apabila di hulu ada hujan besar, lalu air mengalir ke hilir. Perhatikan gambar di bawah ini untuk memahami istilah "run off" (aliran/limpasan permukaan) dan infiltrasi (serapan): 2a. Secara sederhana: makin banyak yg terserap (infiltrasi), berarti makin dikit yg ngalir di permukaan (run off). Kawasan hulu adalah kawasan dgn efektivitas penyerapan yang sangat tinggi. Tapi bagaimana kondisi hulu sistem sungai di Jakarta? 2b. Kita lihat pada tahun 2005, untuk daerah Jabodetabek secara keseluruhan, hutan hanya tersisa 10%. Hutan dapat menyerap air dengan sangat baik. Sehingga jika hulu kita masih berupa hutan, akan sangat banyak air yang mampu terserap. Tapi coba lihat:
2c. Ternyata kondisi hutan kita di hulu sudah sangat buruk. Hal ini diperparah dgn alih fungsi lahan menjadi rumah/objek wisata/hotel/villa yang semakin mengecilkan air terserap dan ngebanyakin yg run off. Artinya? Lebih banyak air ngalir ke Jakarta. 2d. Pada bagian ini, masalah alih fungsi lahan di hulu dan reforestasinya, merupakan ranah tanggung jawab orang orang di Bogor dan Jawa Barat. Aku colek Kang @ridwankamil 2e. Hujan di hulu sistem sungai Jakarta secara kontinyu 7 jam, rata2 menghasilkan air sebanyak 17x Stadion GBK. Waktu tempuh dari Katulampa ke Manggarai rata rata 12 jam. Makanya kalau air di Katulampa naik tinggi, orang di tepi Ciliwung di Jkt harusnya dah siap
2f. Nah tetapi, banjir kiriman ini sebenernya cuma melanda daerah daerah floodplain/riparian zone dari sungai. Analisis BPPT bilang bahwa banjir kiriman cuma 30% dari banjir yg ada di Jakarta. Berarti banjir sisanya? Banjir "lokal". 2g. Sebenernya ku mau sedikit menyinggung Pak @aniesbaswedan yg bilang "Selama di selatan tidak ada pengendalian, apapun yg mau kita kerjakan di pesisir/Jakarta tidak bisa mengendalikan air" > ini juga ngga sepenuhnya tepat 2h. Soal ini jg Pak @aniesbaswedan g sepenuhnya salah kok. TAPI Efektivitas penyerapan akan lebih tinggi PD HUTAN DI HULU. Di hilir, muka air tanah dangkal, jadi efektivitasnya rendah. Hilir lebih baik drain air makin cepat ke laut.
Nah ini yang sebenernya jadi masalah Jakarta. 70% banjir Jakarta adalah banjir lokal. Mengapa bisa terjadi banjir lokal? Faktor penyebab: curah hujan tinggi, drainase/comberan buruk, land subsidence sehingga air terperangkap dan gak ngalir dgn mudah 3b. Curah hujan tinggi jd salah satu pemicu utama. 31 Des 1 Januari kemarin, beberapa titik di Jakarta menerima curah hujan harian melebihi curah hujan harian kala ulang 1.000 tahun. Halim menerima 377 mm. Menurut kurva Gumbel, diprediksi max hanya 208.
3c. Skrg kita punya air banyak, air jatuh ke tanah, ngalir ke comberan/drainase. Bagaimana drainase kita? Ternyata tidak semua dlm kondisi prima. Bnyk yg tersumbat sampah, dangkal oleh sedimen. Akibatnya? Kapasitas penyimpanan berkurang drastis. Luber? Pasti. 3d. Mulai disini Pak @aniesbaswedan punya responsibiliti besar. Anggaran dan program harus diarahkan betul untuk ngebenerin operasi dan pemeliharaan comberan/drainase dan kali/sungai. Sampah dan sedimen HARUS dikeruk rutin. Jgn cuma reaktif gara2 banjir gede doang. 3e. Banjir lokal diperparah dgn bnyknya titik land subsidence (penurunan tanah) di Jakarta. Ini bikin titik2 tsb jd cekungan shg air sulit ke drain dari daerah itu. Berikut titik2 yg mengalami land subsidence parah di Jkt. Trmsk Bekasi (1) n Vila Nusa Indah (4)
3f. Berikut ini hasil penampalan lokasi banjir (biru) dan lokasi land subsidence di Jakarta. Cukup banyak lokasi yang bertampalan. 3g. Masalah ini, Pak @aniesbaswedan jg responsibel bgt. Utk daerah2 land subsidence, POMPA SGT MEMEGANG PERANAN. Operasi dan kuantitas pompa hrs bener2 diperhatikan. Jgn sampe telat dan kurang kyk kemarin. Pompa di muara jg harus selalu ready u/ mompa air ke laut. 3h. Banjir di banyak lokasi di Jakarta kemarin, terutama di daerah2 land subsidence, disinyalir karena pompa ngga ready dgn cepat. Bahkan kemarin (tgl 2 jan) kami investigasi ke lapangan, menemukan beberapa pompa vital yg gak operasional.
3i. Nah, Pak @aniesbaswedan harus aware betul masalah pompa ini. Harus paham betul bahwa pompa memegang peranan yang sangat vital pada banyak titik genangan di Jakarta. Ketika hujan sudah turun cukup banyak, sebelum air genang, pompa bahkan udah harus operasi. 3j. Lalu knp bs terjadi land subsidence? Penyebab utama adalah ekstraksi air tanah besar2an. Siapa pemakai air tanah dlm jumlah besar? Industri, hotel, apartemen. Pada titik2 land subsidence parah, kita tahu ada bnyk apartemen. Regulasi soal air tanah ini msh abu2. Pasang naik ngebikin air ga mudah ngalir ke laut, terutama utk sistem kanal yg bergantung pd gravitasi (mis. BKB). Banjir tahun baru kmrin trjadi saat pasang naik, untung tdk ketika HHWL (Highest High Water Level). Banjir 2007 trjadi ketika HHWL
Cth perubahan iklim scr nyata adalah curah hujan harian di Halim terekam 377 mm. Ini melebihi prediksi kurva Gumbel curah hujan harian 1.000 tahun di situ yg cuma mencapai 208 mm. 5a. Jadi, ku mau blg jg bahwa nga sepenuhnya krisis iklim, ada peran dari stakeholder dan pimpinan terkait. Kita sudah lihat ada beberap faktor pendorong tadi. Sistem pompa yg poweful dan interconnected adalah solusi cepat saat ini untuk menangani banjir Jkt saat ini. Pak @aniesbaswedan hrs paham fungsinya apa: untuk buang air dari cekungan2 dan untuk buang air ke laut ketika pasang.
6a. Sayang sekali belum semua muara sungai blm dilengkapi dgn sistem pompa. BKB masih pakai gravitasi, kalau pasang dan hujan deras + ada kiriman > tamat. Contoh yg ada sistem pompa: Waduk Pluit, atau long storage Ancol (itu lho yg di bawah jalan tol Ancol)
Normalisasi pd dasarnya upaya untuk membuat sungai jd mampu menyimpan air/meningkatkan kapasitas alirnya dan kemampuan ngalirin air. Ini cth normalisasi sebelum dan sesudah (di Ciliwung Kp. Pulo). Lihat, sungainya jd mampu nyimpen air lbh bnyk. 7a. Sedangkan naturalisasi adalah upaya mengembalikan sungai ke kondisi alamiahnya. Artinya: floodplain dikosongkan, alur dibiarkan tanpa turap dan sodetan. Contoh di Singapura di bwh ini. 7b. Lalu mana yg lebih efektif? Jawabannya tergantung. Normalisasi adalah solusi jangka pendek hingga menengah Jakarta. Bisa dilakukan tanpa melalui banyak prasyarat. Naturalisasi perlu beberapa prasyarat sebelum boleh dilakukan.
7c. Prasyarat naturalisasi: Sistem IPA dan drainase di tingkat lingkungan permukiman sudah andal, jadi air ngalir ke sungai dah bagus Tanah floodplain dibebaskan. Apakah siap u/ bebaskan/relokasi? Singapur sukses krn IPA dan drainase sdh bagus. 7d. Lagipula, naturalisasi cm bisa dilakukan pada bagian sungai yg masih relatif alami. Ciliwung masih "alami" sampai Manggarai, lalu ada aliran Ciliwung Lama dari Manggarai sampai Istiqlal yg semi alami. Dari Istiqlal, Ciliwung Lama dah gak ada.
7e. Jadi, naturalisasi ya cuma akan efektif di beberapa segmen tertentu yg masih alami dan mampu dibayar oleh Pemda DKI. Normalisasi masih pegang peranan besar untuk memperbesar kapasitas aliran dan kemampuan ngalir. Terkait Pak @aniesbaswedan yg sangat yakin air masuk ke tanah dan tidak ke laut, saya akan paparkan beberapa hal. Efektivitas penyerapan air akan lebih tinggi kalau tanah tidak jenuh dan muka air tanah jauh dari permukaan.
8a. Dimana tempat yg efektivitas penyerapannya tinggi? Yaitu hulu yang masih hutan. Hulu yg dah gak hutan ngga menyerap air dgn baik. Knp hulu mudah menyerap air? Muka air tanahnya jauh dari permukaan shg tanah tidak cepat jenuh air. 8b. Gimana dgn infiltrasi di hilir? Efektivitas ngga terlalu tinggi. Apalagi ketika hujan, akan lebih cepat jenuh, karena air tanah dangkal. Kalo bikin biopori di hilir, ketika banjir, malah airnya keluar dari tanah karena tanah sudah jenuh air. Di hulu, lebih baik dimasukkan ke tanah, karena efektivitasnya lebih tinggi JIKA MASIH BERUPA HUTAN. Jadi, Kang @ridwankamil dan Bupati Bogor punten pisan tolong dijaga hulu sistem sungai Jakarta.
9a. Di hilir, karena efektivitas serapan air lebih rendah, air lebih baik segera di drain ke laut. Normalisasi aliran sungai, sistem pompa, dan beberapa infrastruktur lain akan sgt membantu untuk hal ini. Gitu Pak @aniesbaswedan Pendeketan solusional utk mengatasi banjir Jakarta hrs integratif dr hulu ke hilir. Untuk masalah di hulu, punten Kang @ridwankamil dan Bupati Bogor hrs kerja keras mengembalikan hulu DAS jadi hutan lagi. Sikat semua pelanggar aturan tata guna lahan. 10a. Bendungan di hulu utk regulate air masuk Jakarta dan kolam2 retensi jg hrs diperbanyak. 80% reservoir di Ciliwung Cisadane dlm kondisi rusak. Ini tugas bersama Pemda @ridwankamil & Pemerintah Pusat @jokowi. Bendungan sdg dibangun di Ciawi & Sukamahi.
10b. Perlu juga dipertimbangkan untuk membangun infrastruktur recharging air tanah untuk meningkatkan efektivitas penyerapan. Ini sangat bagus dibangun di hulu dan masif. Makin banyak air masuk tanah, makin dikit run off. 10c. Prinsipnya, di hulu harus sesedikit mungkin air jadi run off ke hilir. Either dimasukin ke tanah, atau ditampung di kolam retensi/situ/danau atau di bendungan. cc Kang @ridwankamil dan Pak@jokowi Nah kalau di hilir, baru nih gawean Pak @aniesbaswedan dan Pak @jokowi . Prinsip utama di hilir adalah air harus cepat di drain ke laut supaya ngga menggenangi permukaan yang flat di hilir.
11a. Beberapa infrastruktur keren yang high considered selain normalisasi, sistem pompa, sistem polder, dan naturalisasi: Coastal Reservoir (Waduk Lepas Pantai) Underground Reservoir (Tampungan Bawah Tanah) Sodetan Ciliwung BKT > hrs lekas nih 11b. Nah Pak @aniesbaswedan, untuk WLP bisa diconsider bt soalnya manfaatnya ga cm utk reduksi banjir aja. Jgn cm krn ini dibangun di pesisir, seakan2 anti sama semua yg berbau reklamasi. Padahal ini ngga reklamasi2 amat. Pdhl bagus n ga trlalu mahal. Untuk menangani problem lintas wilayah dan sektoral, Pak @jokowi bisa keluarkan semacam Perpres 15/2018, tapi untuk Ciliwung, sehingga bisa dibentuk Satgas Khusus yg melibatkan semua stakeholder dan TNI Polri. Ini powerful banget untuk penegakan aturan.
Perlu dibuat segera omnibus law yang menangani pengelolaan risiko bencana banjir Jakarta, terutama dalam pengelolaan kelembagaan, penegakan tata ruang, dan pembiayaannya. Peraturan terkait pengadaan lahan jg harus, karena ini sensitif. 13a. Pengadaan lahan sering terhambat karena pemerintah gaboleh bayar ganti rugi kpd masyarakat yg menduduki tanah dgn itikad baik (u/ tinggal) tanpa alas hak. Problem ini yg sering menghambat normalisasi (dan tentu, naturalisasi juga nantinya)
13b. Perlu juga dipikirkan terkait mekanisme relokasi warga dgn melibatkan peran aktif masyarakat dan swasta/pengembang, utk mewujudkan win win solution. Jgn antipati dgn pelibatan swasta, Pak @aniesbaswedan. Asal aturan ditegakkan, pasti adil dan semua menang. Jangan terlalu reaktif dan fokus pd aftermath bencana. Kita hrs siap juga dgn kemungkinan bencana di masa depan. EWS sngt diperlukan, Jakarta blm punya EWS yg sophisticated. Salah satu fungsi: buat ngasih tau warga untuk mindahin mobil biar ga kelelep. Bagi kita rakyat jelata, beberapa bs kita lakukan: jgn buang sampah sembarangan > bikin comberan ga bisa nampung air bayar pajak > biar pemerintah punya duit u/ bangun infra jgn apatis > kritik pemerintah sgt perlu! tp hrs membangun
Maaf kelewat, tapi ini penting banget. Karena selama ini banyak dari kita membelakangi air, budaya ini hrs diubah baik oleh pemerintah dan masyarakat. Ruang untuk air juga jgn dilanggar: sungai dipepet, situ/danau/rawa ditimbun. Manusia kdg kurang ajar. Kl bukan kita, siapa lg yg harus mencintai Jakarta sbg tempat kita tinggal? Coba sayangi Jkt dgn ga buang sampah sembarangan, bayar pajak, ga makan ruang air, dan jgn apatis. Demokrasi butuh kontrol ketat dari rakyat agar pemerintah berjalan dgn baik, demi rakyat.