Fakta terbaru dua karyawan pabrik rokok PT HM Sampoerna mulai terungkap setelah Tim Gugus Tugas Covid 19 melakukan tracing penyebab kematiannya. Mereka diketahui tidak pernah memiliki riwayat bepergian ke luar negeri atau bepergian ke daerah episentrum maupun daerah zona merah. Mereka diketahui, hanya sering keluar masuk pasar tradisional.
Dia juga tinggal di tempat tinggal khusus pegawai alias 'asrama'. Karena itu, Tim Gugus Tugas Covid 19 mengimbau pada masyarakat agar waspada penularan di Pasar Tradisional. "RIwayat perjalanannya, dia tinggal di tempat khsusus pegawai, maka riwayatnya ya hanya dari tempat tinggal ke pasar, itu saja," tutur Ketua Tim Tracing Gugus Tugas Penanganan COVID 19, Kohar Hari Santoso saat diwawancara di Gedung Negara Grahadi, Minggu (3/5/2020), malam.
Dari dua orang tersebut, kini sudah 63 orang karyawan lain yang sudah dinyatakan positif COVID 19. Selain itu sebanyak 165 orang karyawan yang melakukan tes swab dan masih menunggu hasil apakah terinfeksi virus SARS CoV 2 ataukah tidak. Menurut Kohar, bisa jadi virus yang menjangkiti dua orang yang lebih dulu meninggal dunia itu cukup ganas sehingga dampak penularannya juga cukup luas.
Saat ini, Kohar, menyebut mereka yang 91 orang diisolasi di hotel, dan masih dalam pemantauan. Mereka masih akan dilakukan observasi secara mandiri. Gubernur Khofifah Indar Parawansa, mengatakan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID 19 di klaster itu bertambah lagi sebanyak 29 orang. Hasil tersebut merupakan hasil swab dari 42 orang karyawan yang dilakukan swab pada Jumat (1/5/2020) lalu.
"Untuk klaster Sampoerna sudah terkonfirmasi ke kami sejak tanggal 28 April kemarin dan koordinasinya sudah sangat intensif. Kemarin kita sudah melakukan swab dari 46 orang ada 34 di antaranya terkonfrimasi positif, lalu juga dilakukan swab lagi ditahap kedua didapat hasil dari 42 orang yang diswab ada 29 orang terkonfirmasi positif," tegas Khofifah saat diwawancara di Mapolrestabes Surabaya, Minggu (3/5/2020). Total tambahan kasus terkonfirmasi positif Covid 19 dari klaster Sampeorna Kali Rungkut ada sebanyak 63 orang.
Jika ditambah dengan dua orang yang sudah meninggal dunia, maka total kasus covid 19 di klaster ini mencapai 65 orang. Gubernur pertama perempuan di Jatim, mengatakan saat ini pihaknya sedang mengupayakan penyediaan layanan rumah sakit tempat perawatan karyawan pabrik yang sudah dinyatakan positif itu. Pasalnya, dengan jumlah yang cukup besar, tentunya dibutuhkan ketersediaan bed yang memadai agar seluruh pasien bisa mendapat perawatan maksimal.
"Berdasarkan koordinasi kemarin, baru 25 orang yang sudah dibawa ke RS, sisanya atau sebagian lain masih ada di ruang observasi yaitu di salah satu hotel di Surabaya. Dengan jumlah yang besar ini, akan sangat memungkinkan ada efektivitas treatmen jika pihak perusahaan ikut melakukan koordinsi dengan rumah sakit tertentu sehingga layanan bisa maksimal," terang Khofifah. Sebelumnya, klaster COVID 19 Pabrik Sampoerna Rungkut Surabaya dari hasil temuan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak 2 April 2020.
Fakta temuan itu mengejutkan lantaran petugas Pemkot telah mengetahui dua karyawan Pabrik Sampoerna Surabaya yang berada di Kawasan Rungkut meninggal dunia. Dua karyawan tersebut telah dipastikan terpapar COVID 19. Setelah kejadian itu, ratusan karyawan pun diminta mengikuti rapid test, dan hasilnya banyak yang reaktif positif COVID 19.
Terakhir, 34 karyawan Pabrik Sampoerna diketahui positif COVID 19 setelah mengikuti test swas. Gugus Tugas Pemprov Jatim pun telah menetapkan Pabrik Sampoerna Surabaya yang ada di kawasan Rungkut sebagai klaster COVID 19 baru di Surabaya. Pasalnya, setelah dua karyawannya meninggal dunia, ternyata menularkan ke karyawan lainnya.
Kini, Pemkot Surabaya membuka data kasus COVID 19 di Pabrik Sampoerna Surabaya. Kronologi karyawan Pabrik Sampoerna Surabaya diketahui terpapar sejak 13 April Ternyata, ketika data tracing dibuka, ada fakta mengejutkan. Ternyata, dua karyawan yang meninggal dunia sudah dipantau sejak awal bulan April oleh petugas Pemkot Surabaya.
Dari keterangan yang disampaikan oleh Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 Surabaya, M Fikser, sebelum kematian dua karyawan itu, Pemkot Surabaya sudah melakukan berbagai hal. "Mulanya tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan," kata Fikser, Sabtu (2/5/2020). "Pada 9 April 2020 pasien dirujuk di rumah sakit dan tanggal 13 April pasien melakukan pemeriksaan tes swab di rumah sakit yang berbeda,” tambahnya.
Kata Fikser, sejak saat itu, Pemkot Surabaya melakukan tracing (penelusuran) dengan penyelidikan epidemologi di setiap rumah sakit agar dapat memutus rantai persebaran COVID 19. Begitu diketahui yang bersangkutan merupakan karyawan Pabrik Sampoerna Surabaya, pada 16 April Dinas Kesehatan Surabaya memanggil pihak perusahaan. "Jadi bukan perusahan yang melapor, tapi kami yang memanggil, kita yang menemukan," kata Fikser.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya itu pun memastikan dalam penanganan kasus di pabrik tersebut tidaklah terlambat. Termasuk meminta data nama karyawan untuk dilakukan tracing kembali. Manajemen Pabrik Sampoerna Surabaya sempat diminta isolasi karyawan
Sementara itu, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengatakan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan manajemen Pabrik Sampoerna Surabaya. Komunikasi terus dilakukan hingga pada 26 April 2020 dilakukan pertemuan manajemen dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota. "Karena ibu (Wali Kota Risma) juga menyarankan tolong Sampoerna tutup sementara dan minta supaya seluruh yang positif rapid test itu dimasukkan isolasi di hotel, dan dia (manajemen) menyanggupi," tutur Eddy.
Eddy menyebut, tanggal 27 April 2020, pihaknya kembali bertemu dengan manajemen. Dalam pertemuan itu, kembali disampaikan, terkait isolasi bagi karyawan yang positif berdasarkan hasil rapid test. Namun, pihak manajemen mengatakan, masih melakukan koordinasi dengan salah satu hotel untuk proses isolasi mandiri.
Begitu pula saat dirinya berkomunikasi keesokan harinya, ternyata pihak manajemen mengaku masih mematangkan persiapan. "Tanggal 29 April 2020, kami telepon lagi akhirnya mereka, ya pak ini kami sudah mulai melakukan isolasi," kata Eddy. Bertambah lagi, hasil swab 29 karyawan Pabrik Sampoerna Surabaya positif COVID 19
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan jumlah kasus terkonfirmasi positif covid 19 dari klaster industri rokok Sampoerna masih terus bertambah. Setelah sebelumnya dua orang karyawan di pabrik rokok di kawasan Kali Rungkut Surabaya tersebut meninggal dunia karena positif covid 19, dua hari yang lalu dinyatakan ada tambahan sebanyak 34 orang yang juga menyusul dinyatakan positif. Hari ini, Minggu (3/5/2020), jumlah kasus terkonfrimasi positif covid 19 di klaster tersebut bertambah lagi sebanyak 29 orang.
Hasil tersebut merupakan hasil swab dari 42 orang karyawan yang dilakukan swab pada Jumat (1/5/2020) lalu. "Untuk klaster Sampoerna sudah terkonfrimasi ke kami sejak tanggal 28 April 2020 kemarin dan koordinasinya sudah sangat intensif. Kemarin kita sudah melakukan swab dari 46 orang ada 34 diantaranya terkonfrimasi positif, lalu juga kita lakukan swab lagi di tahap kedua didapat hasil dari 42 orang yang diswab ada 29 orang terkonfirmasi positif," tegas Khofifah saat diwawancara di Mapolrestabes Surabaya, Minggu (3/5/2020).
Sehingga total tambahan kasus terkonfirmasi positif covid 19 dari klaster Sampeorna Kali Rungkut ada sebanyak 63 orang. Jika ditambah dengan dua orang yang sudah meninggal dunia, maka total kasus covid 19 di klaster ini mencapai 65 orang. Lebih lanjut, Gubernur Khofifah mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mengupayakan untuk penyediaan layanan rumah sakit tempat perawatan karyawan pabrik yang sudah dinyatakan positif tersebut.
Pasalnya, dengan jumlah yang cukup besar, maka tentunya dibutuhkan ketersediaan bed yang memadai agar seluruh pasien bisa mendapatkan perawatan yang maksimal. "Berdasarkan koordinasi kemarin, baru 25 orang yang sudah dibawa ke RS, sisanya atau sebagian lain masih ada di ruang observasi yaitu di salah satu hotel di Surabaya. Maka dengan jumlah yang besar ini, akan sangat memungkinkan ada efektivitas treatmen jika pihak perusahaan ikut melakukan koordinsi dengan rumah sakit tertentu sehingga layanan bisa maksimal," kata Khofifah. (Fatimatuz Zahro)